17 April 2011

Ilmu Pengetahuan

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kesadaran dan kemampuan untuk untuk berfikir, berkehendak dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan ilmu, dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya, dengan perasaannya manusia dapat mencapai kesenangan. Sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika, sedangkan sarana-sarana untuk memelihara perilaku dan mutu kesenian, masing-masing disebut etika dan estetika. Apabila pembicaraan dibatasi pada logika, maka hal itu merupakan ajaran yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide kebenaran.
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan itu timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu itu timbul karena banyak sekali aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan manusia ingin mengetahuan kebenaran dari kegelapan tersebut. Setelah manusia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka kepuasannya tadi disusul lagi oleh suatu kecenderungan untuk lebih tahu lagi.
Cara manusia mencari dan menemukan kebenaran itu ada tiga macam, yaitu dengan agama, dengan filsafat dan dengan ilmu pengetahaun. Agama, dengan metodenya sendiri, memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang Tuhan, manusia maupun alam. Filsafat, dengan metodenya sendiri, berusaha mencari kebenaran baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan. Dan ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di dalamnya manusia.
B. Pembatasan Masalah
Agar lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: Pengertian Metode,Pengertian Ilmu,Karakteristik Ilmu ,Hubungan Ilmu Dengan Filsafat Jenis – Jenis Ilmu ,Pengertian Pengetahuan
C. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasikan beberapa pertanyaan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
A. Apa yang dimaksud dengan metode,ilmu dan pengetahuan?
B. Bagaimana hubungan ilmu dengang filsafat ?
C. Bagaimana karakteristik ilmu ?
D. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah filsafat ilmu, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian metode, ilmu dan pengetahuan
2. Untuk mengetahui hubungan ilmu dengan filsafat
3. Untuk mengetahui karesteristik ilmu

E. Metode Penulisan
dalam pembahasan filsafat ilmu ini saya menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber-sumber yang saya peroleh
F. Sistematika Penulisan
makalah ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan sistemaitka sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II :pembahsan yang menguraikan tentang Pengertian Metode,Pengertian Ilmu,Karakteristik Ilmu ,Hubungan Ilmu Dengan Filsafat Jenis – Jenis Ilmu ,Pengertian Pengetahuan
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran





Bab II
Pembahasan
Pernahkan kalian barpikir sejenak, berpikir tentang semua ucapan atau kata yang pernah kita keluarkan dari mulut kita?? Apakah kalian mengerti atau memahami apa arti dari kata-kata yang kita ucapkan tersebut?? . Kebanyakan orang sering kali tidak mengerti arti atau makna dari kata-kata yang mereka ucapkan, dan sering kali mereka mengucapkan kata-kata tanpa berpikir terlebih dahulu, bahkan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Mereka tidak pernah berpikir apakah kata-kata atau tindakan yang mereka laukukan akan menyakiti perasaan orang yang mendengar atau pun melihat tindakannya.
Banyak sekali kata-kata yang sering kita ucapkan tetapi kita tidak pernah mengetahui apa arti atau makna dari kata tersebut. Begitu banyaknya dan tak terhingga, kali ini kita akan membahas makna atau arti kata dari ilmu, pengetahuan, dan dasar.
Ketiga kata di atas yaitu: ilmu, pengetahuan, dan dasar sangat sering kita dengar bahkan sering sekali kita mengucapkannya, tetapi apakah kalian mengetahui apa arti atau makna dari ketiga kata di atas?. Berikut akan di ulas tentang pengertian dari masing-masing kata tersebut.





A. Pengertian Metode
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Kata methodos berarti: penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Sementara itu, metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Melihat dari pengertiannya, metode bisa dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara itu metodologi disebut juga science of methods, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian atau membahas konsep teoritis berbagai metode atau dapat dikatakan sebagai cara untuk membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode penelitian. Bagi ilmu seperti sosiologi, antropologi, politik, komunikasi, ekonomi, hukum serta ilmu alam, metodologi merupakan dasar-dasar filsafat ilmu dari suatu metode atau langkah praktis penelitian.
teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
Metode Induktif, Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil obeservasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut Dick Hartoko, induksi berasal dari bahasa latin inducere yang berarti mengantar ke dalam, yang secara sederhana merupakan suatu metode, khusus dalam ilmu alam, yang menuju dan menyimpulkan sebuah hipotesa umum dengan berpangkal pada sejumlah gejala sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh teori ini adalah David Hume, Baco d. Verulam dan John Stuart Mill.
Metode Deduktif, Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
Metode Positivisme, Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian, metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi pada bidang gejala-gejala saja. Tokohnya adalah August Comte (1798-1857M).
Metode Kontemplatif, Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi yang dapat diperoleh dengan berkontemplasi. Tokohnya adalah Al-Ghazali.
Metode Dialektis, Dialektis atau dialektika berasal dari bahasa Yunani Dialektike yang berarti cara/metode berdebat dan berwawancara yang diangkat menjadi sarana dalam memperoleh pengertian yang dilakukan secara bersama-sama mencari kebenaran. Tokohnya adalah Hegel yang dalam dialektika disini berarti mengompromikan hal-hal mengenai tesis, anti tesis dan sintesis.
B. Pengertian Ilmu
Ilmu, “Ilmu” merupakan terjemahan dari kata science, yang berasal dari kata scinre, artinya to know. Dalam pengertian sempit dapat diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Adapun beberapa pandangan tentang ilmu dari para tokoh, yaitu :
Harold H. Titus.Ilmu adalah common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda atau peristiwa dengan menggunakan metode observasi yang teliti dan kritis.
Prof. Dr. Mohammad Hatta Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hokum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya.
Prof. Dr. A. Baiquni Merumuskan bahwa ilmu merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist.
Prof. Drs. Harsojo Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematis. ilmu merupakan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu, dunia yang dapat dilihat oleh panca indera manusia. Para ahli yang dapat menyatakan suatu proposisi.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua pengertian :
1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.
2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu batin, ilmu sihir, dan sebagainya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.

C. Karakteristik Ilmu
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu :
1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera.
3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
Kasimpulannya ilmu adalah suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.
D. Hubungan Ilmu Dengan Filsafat
Dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada tiga pertanyaan. Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajianya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Apa yang ingin kita ketahui?
2. Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan
3. Apakah nilai (manfaat) pengetahua tersebut bagi kita?
Pertanyaan pertama di atas merupakan dasar pembahasan dalam filsafat dan biasa disebut dengan ONTOLOGI , pertanyaan kedua juga merupakan dasar lain dari filsafat, disebut dengan EPISTEMOLOGI dan pertanyaan terakhir merupakan landasan lain dari filsafat yang disebut dengan AXIOLOGI. Ketiga hal di atas merupakan landasan bagi filsafat dalam membedah setiap jawaban dan seterusnya membawa kepada hakekat buah pemikiran tersebut. Hal ini juga berlaku untuk ilmu pengetahuan, kita mempelajari ilmu ditinjau dari titik tolak yang sama untuk mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya.
E. Jenis – Jenis Ilmu
Menurut Aristoteles ilmu diklarifikasikan berdasarkan tujuan dan objeknya. Berdasarkan tujuan ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Ilmu – ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan.
2. Ilmu – ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan.
Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :
Rationalism: Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran
Empirism: alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
Logical Positivism: Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar
Pragmatism: Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis , tersusun sebagai teori-teori yang saling mengeritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran
Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar . Teori biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu : pernyataan ( statement ) yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih. Teori memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori ilmiah.
Tiga syarat utama teori ilmiah :
1. Harus konsisten dengan teori sebelumnya
2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris
3. Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok dengan pengujian empiris dan fakta
a) Ilmu Sebagai Pengetahuan
Secara etimologi, ilmu adalah pengetahuan atau kepandaian. Sedangkan pengetahuan adalah berasal dari akar kata “tahu” yang berarti mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar).
Sedang secara terminologi yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowlegde) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan fikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya.
Jadi ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang bertujuan untuk lebih mengetahui dan mendalami segala segi kehidupan.
Sedangkan metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dalam kamus Inggris-Indonesia berasal dari kata Method yang berarti metode, cara.
Jadi metode adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan tehnik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin untuk mencapai suatu tujuan.
Penting untuk diketahui bahwa pengetahuan berbeda dengan buah fikiran, oleh karena tidak semua buah fikiran merupakan pengetahuan. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan.
Tidak semua buah fikiran memerlukan pembuktian akan kebenarannya atau ketidakbenarannya, oleh karena ada buah fikiran yang merupakan kelakar dan angan-angan belaka dari manusia. Namun buah fikiran dan angan-angan juga merupakan bahan yang berharga bagi ilmuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.
Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematika berarti urutan-urutan yang tertentu daripada unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan, sehingga dengan adanya sistematika tersebut akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
Pengetahuan yang dipergunakan orang, terutama untuk hidupnya sehari-hari tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, Poedjawijatna menamainya dengan pengetahuan biasa. Sedangkan orang yang menaruh minat pada guna pengetahuannya bagi hidup sehari-sehari adalah orang yang ingin tahu dan berusaha mengetahuinya secara mendalam dan memiliki obyek tertentu bukan hanya gunanya tetapi juga untuk mencapai kebenaran, disebut dengan ilmu, karena tujuan utama ilmu adalah adalah untuk mencapai kebenaran.
Dari sudut penerapannya, maka biasanya ilmu dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dengan ilmu pengetahuan yang diterapkan. Ilmu pengetahuan murni terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, yaitu mempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalam masyarakat dengan maksud untuk membantu masyarakat di dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
C.A. Qadir dalam bukunya Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Islam menguraikan tentang persyaratan–persyaratan ilmu pengetahuan:
• Pengakuan atas kenyataan bahwa setiap manusia terlepas dari kasta, kepercayaan, jenis kelamin atau usia, mempunyai hak yang tidak dapat diganggu gugat atau dipersoalkan lagi untuk mencari ilmu.
• Metode ilmiah itu tidak hanya pengamatan atau eksperimentasi, akan tetapi teori dan sistematisasi. Ilmu pengetahuan mengamati fakta-fakta, mengklasifikasinya, menunjukkan hubungan-hubungan diantaranya, lalu menggunakannya sebagai dasar untuk menyusun teori.
• Bahwa semua orang harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan berguna dan berarti, baik untuk individu maupun pada tingkat sosial.
Putusan orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Dalam pengetahuan ada pengakuan sesuatu terhadap sesuatu. Pengakuan sesuatu itu disebut putusan. Dasar pengakuan itu disebut subyek dan yang diakui terhadap subyek itu dinamai predikat.
b) Ilmu Sebagai Metode
Dalam pembicaraan mengenai masalah ilmu pengetahuan, yang dimaksudkan dengan metode adalah tentu saja yang dipergunakan oleh ilmu pengetahuan. Metode yang bersifat keilmuan, atau sering disebut metode ilmiah. Metode ini perlu, agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran obyektif dan dapat dibuktikan bisa dicapai. Oleh sebab itu, dengan metode, kedudukan suatu pengetahuan sebagai ilmu pengetahuan menjadi benar dan tetap.
Ilmu pada dasarnya sama dengan pengetahuan, karena keduanya memiliki obyek. Jadi umtuk mencapai suatu kebenaran maka ilmu itupun harus sesuai dengan obyeknya.
Persesuaian antara pengetahuan dengan obyeknya (kebenaran) harus dicari jalan tertentu untuk mencapai kebenaran, cara untuk mencapai kebenaran itu dalam ilmu ini disebut metode.
Kebenaran tentang suatu obyek dalam keseluruhannya yang telah dicapai dengan mempergunakan metode, serta dirumuskan secara baik sehingga mencakup seluruh obyek serta dengan aspek-aspeknya disebut sistem. Dengan demikian jika pengetahuan hendak disebut ilmu, maka harus memiliki obyek, metode dan sistem.
Dengan menggunakan metode-metode teknik ilmu dapat membantu manusia untuk memberi pengaruh langsung kepada kehidupan dan cara berfikir. Sebab kemampuan dalam menguasai materi keilmuan tertentu perlu diimbangi dengan kemampuan di bidang metodologi sehingga pengetahuan yang dimilikinya dapat dikembangkan.
Telah dikemukakan pada bagian awal artikel ini bahwa pada hakikatnya ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Dalam rangka memenuhi keinginannya itu, manusia melakukan penelitian ilmiah, yaitu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta atau masalah yang disoroti, untuk kemudian mengusahakan pemecahannya.
Penelitian secara ilmiah dilakukan manusia untuk menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf keilmuan, yang disertai dengan keyakinan bahwa setiap gejala dapat ditelaah dan dicari sebab akibatnya.
Suatu penelitian dimulai apabila seseorang berusaha untuk memecahkan suatu masalah secara sistematis dengan metode-metode tertentu yaitu metode-metode ilmiah untuk menemukan kebenaran.
Ali Abdul Adzim dalam bukunya “Epistemologi dan Aksiologi Ilmu Perspektif al-Quran” mengemukakan langkah-langkah atau fase-fase pemikiran, yakni membentangkan problem atau masalah, memecahkan masalah yang didahului dengan hipotesis, mengumpulkan data dan hasil penelitian, mengumpulkan beberapa alternatif pemecahan bagi setiap masalah, menguji hipotesis dan berfikir secara praktis untuk mewujudkan perbaikan secara menyeluruh dan pemecahan tersebut, dan memberikan keputusan terhadap kebenaran hipotesis.
Dengan demikian kewajiban pertama wajib seorang ilmuan adalah memiliki metode yang tepat, sebab penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sebaliknya mereka yang tidak menguasai metode hanya akan menjadi konsumen ilmu, dan bukan menjadi produser.


F. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.
AL-Qur’an telah merambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya danmembentu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah suatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan keagungan alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah dan al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa manusia terhadap Allah melalui ciptaannya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan al-Qur’an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah SWT, lewat ciptaannya.
Dalam surat al-mujadalah bahwa pengetahua telah disingung dan terlah termaktub yang mana allah berfirman :
                                
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
AL-Qur’an telah merambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya danmembentu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi. Al-Qur’an menunjukkan bahwa materi bukanlah suatu yang kotor dan tanpa nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta kegaiban dan keagungan alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah dan al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan keghaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk kesejahteraan hidupnya.
Oleh karena itu al-Qur’an membawa manusia terhadap Allah melalui ciptaannya dan realitas kongkret yang terdapat di bumi dan di langit. Inilah sesungguhnya yang terdapat pada ilmu pengetahuan yang mana mengadakan observasi lalu menarik hukum-hukum alam berdasarkan observasi dan eksperimen. Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat mengetahui tentang segala hal yang telah diciptakan oleh Allah melalui observasi yang teliti dan terdapat hukum-hukum yang mengatur gejala alam dan al-Qur’an menunjukkan kepada realitas intelektual yang maha besar, yaitu Allah SWT, lewat ciptaannya.

1. Ilmu Sebagai Proses
Proses terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi karena jawaban terhadap terjadinya pengetahuan akan membuat seseorang paham filsafatnya. Jawaban yang sederhana adalah berfilsafat a priori, yaitu ilmu yang terjadi tanpa melalui pengalaman, baik indera maupun batin, atau a posteriori yaitu ilmu yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.
Ada enam hal yang merupakan alat untuk mengetahui proses terjadinya pengetahuan, yaitu:
1. Pengalaman Indera (Sense Experience)
Dalam filsafat, paham yang menekankan pada kenyataan disebut realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi ilmu berawal mula dari kenyataan yang dalam diserap oleh indera. Aristoteles adalah tokoh yang pertama mengemukakan pandangan ini, yang berpendapat bahwa ilmu terjadi bila subjek diubah dibawah pengaruh objek. Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indera (sensasi).
2. Nalar (Reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal yang perlu diperhatikan dalam telaah ini adalah tentang asas pemikiran berikut
a. Principium Identitas, disebut juga asas kesamaan.
b. Principium Contradictionis, disebut juga asas pertentangan.
c. Principium Tertii Exclusi, disebut sebagai asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber ilmu karena keompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi ilmu pengetahuan yang terjadi karena adanya otoritas adalah ilmu yang terjadi melalui wibawa seseorang hingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu membuat pernyataan yang berupa ilmu. Karena ilmu yang diperoleh melalui intuisi muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu, maka tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan.
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena manusia mengenal sesuatu melalui kepercayaannya.


6. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara wahyu dan keyakinan hampir tidak dapat dibedakan karena keduanya menggunakan kepercayaan, perbedaannya adalah bahwa keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatic diikutinya adalah peraturan berupa agama, sedang keyakinan adalah kemampuan jiwa manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan. Berkaitan
7 )Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:3) 3) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa
seseoranG, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya
2. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5. Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.


















Bab III
Penutup

A. Simpulan
Pengertian Metode
Kata metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Kata methodos berarti: penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah, yaitu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Sementara itu, metodologi berasal dari kata metode dan logos, yang berarti ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Melihat dari pengertiannya, metode bisa dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.
Pengertian Ilmu
Ilmu, “Ilmu” merupakan terjemahan dari kata science, yang berasal dari kata scinre, artinya to know. Dalam pengertian sempit dapat diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.
Karakteristik Ilmu
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi
Hubungan Ilmu Dengan Filsafat
Dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada tiga pertanyaan. Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajianya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah:
1. Apa yang ingin kita ketahui?
2. Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan
3. Apakah nilai (manfaat) pengetahua tersebut bagi kita?
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek. Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya.



B. Saran
dalam menentukan metode ilmu pengetahuan itu sangat beragam tergantung dari sudut mana seseorang memandang metode suatu ilmu pengetahuan tersebut, oleh karenanya suatu metode dapat di gunakan sesuai ilmu yang di inginkan. dan penyusun sadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu bagi para pembaca hendaknya untuk memperdalam lagi tentang makalah ini yang berjudul metode ilmu pengetahuan.
















Daftar Pustaka
 Adib, Mohammad H. 2010. "Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan". Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Ihsan, Fuad HA. 2010. "Filsafat Ilmu". Jakarta: Rineka Cipta.
 Lili Rasjidi. 1991. Manajemen Riset Antardisiplin, editor. Bandung: Rosda
 Lexy J. Moleong. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya
 Muslih, Mohammad. 2004. "Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan". Yogyakarta: Belukar.

Tidak ada komentar: